Konflik macan tutul dengan manusia di kawasan TBMK telah beberapa kali terjadi. Peristiwa cukup fatal terakhir yang tercatat pada tahun 2022 yang mengakibatkan tiga orang luka dan seekor macan kumbang betina mati. Kejadian tersebut merupakan yang pertama kali yang berupa ‘penyerangan’ langsung macan tutul Jawa terhadap manusia.
Pada umumnya satwa liar akan menghindari manusia jika bertemu secara langsung. Walaupun baru pertama kali ditemukan, tak tertutup kemungkinan masih ada konflikkonflik lain antara manusia dan macan di sekitar kawasan TBMK.
Minimnya kesadaran warga tentang keberadaan macan tutul serta kurangnya pengetahuan tentang cara berlaku di sekitar habitat macan, tak dimungkiri dapat menjadi salah satu penyebab utama terjadinya konflik seperti itu. Untuk mengetahui kondisi yang relatif lebih faktual, tim melakukan pemetaan konflik manusia dan macan di TBMK.
Kegiatan Social Mapping pada “Program Inventarisasi Macan Tutul” kali ini dilakukan dengan mendata konflik dan meningkatkan informasi mengenai macan tutul. Tim juga menghimpun nomor kontak perwakilan masyarakat agar pelaporan dapat dilakukan secara cepat jika konflik macan terjadi di desa penyangga sekitar kawasan. Dalam kegiatan kali ini, 18 desa yang juga merupakan lokus administratif penempatan perangkat camera trap (3 kabupaten yaitu: Bandung, Garut & Sumedang) dipilih sebagai cuplikan mewakili desa-desa penyangga lainnya.
Target kunjungan adalah Kantor Desa serta jumlah titik kumpul seperti sekolah dan pos ronda. Selain memberikan penyuluhan singkat kepada warga mengenai macan tutul jawa di bentang alam Masigit Kareumbi tim juga memasang poster di tempat-tempat itu. Penyuluhan yang berlanjut dengan penggabungan para perwakilan desa dalam satu grup Whatsapp diharapkan dapat mengurangi potensi konflik manusia dengan macan.
